Selasa, 29 Maret 2011

Menuntut Ilmu

Sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah dengan kesempurnaan, manusia dikaruniakan dengan akal yang merupakan satu hal yang sangat membedakan dirinya dengan mahluk lainnya. Dengan akal yang dimilikinya manusia mampu mengerahkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan dukungan lingkungan sekelilingnya. Sebagai mana hadis Nabi Muhammad saw.:
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Nabi saw. bersabda,” setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun majusi……”

Diantara sekian banyak potensi yang mendorong manusia untuk lebih berkembang adalah adanya rasa ingin tahu yang dimilikinya. Rasa ingin tahu ini menunjukan bahwa manusia termasuk mahluk yang berkembang maju dan berkembang aktif. Sejak manusia dilahirkan muncul usaha untuk mengetahui dan memahami alam sekitarnya sebagai penjabaran rasa keingintahuannya itu. Fenomena itu menunjukkan bahwa manusia telah memiliki kemampuan dasar yang dibawa sejak ia belum dilahirkan hingga berwujud sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna.
Rasa ingin tahu manusia, mengarahkan dirinya untuk mencari (menuntut) ilmu guna mengembangkan potensi dasar yang telah ada pada dirinya. Menuntut ilmu dalam ajaran Islam adalah satu hal yang sangat dianjurkan, karena hanya dengan ilmu itulah manusia mampu memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Kedudukan menuntut ilmu dalam Islam juga menempati posisi yang sangat penting. Islam sebagai agama yang paripurna, memiliki pandangan bahwa setiap mahluk ciptaan tuhan memiliki derajat yang sama. Keutamaan dan kemuliaan tidaklah dipandang berdasarkan sisi materi yang dimiliki, melainkan nilai ketakwaaan yang ada dalam dirinya. Selain dengan keimanan, kemuliaan dalam pandangan Allah juga dapat diperoleh melalui penguasaan ilmu pengetahuan, dalam kerangka religi, perjalanan menuntut ilmu memiliki nilai seperti halnya orang yang sedang berjihad di jalan Allah, di mana balasan bagi orang yang berjihad itu adalah surga begitu juga balasan bagi orang yang melangkah dalam menuntut ilmu. Setiap langkah yang diarahkan untuk menuntut ilmu akan memudahkan dirinya menuju surga. Sebagai mana hadis Nabi saw. :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Nabi SAW bersabda, ”Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga”

Secara tekstual hadis ini adalah merupakan dalil otentik yang menunjukkan bahwa ilmu mempunyai keutamaan dan kemuliaan. Bagaimana tidak demikian, sedangkan ilmu adalah merupakan penunjuk jalan ke surga dan jalan kebenaran. Namun demikian, dalam memahami makna suatu hadis tidaklah cukup hanya dengan melakukan pemahaman secara tekstual saja, akan tetapi perlu dilakukan pengkajian lebih dalam lagi sehingga pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah hadis Nabi saw. benar-benar dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena posisi Nabi Muhammad yang selain berfungsi sebagai seorang Nabi dan Rasul juga berfungsi sebagai seorang manusia biasa, serta situasi dan kondisi yang mempengauhi prilaku Nabi pada saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar